Banda Aceh, RUBRIKA — Maskapai penerbangan Garuda Indonesia diminta mengizinkan pramugarinya yang muslim untuk mengenakan jilbab saat berkerja.
Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma’ruf Aminpun ikut menyentil sekiranya memang ada larangan pemakaian jilbab bagi peamugari.
Dan, pihak Garuda Indonesia pun menegaskan sedang mendiskusikan perihal pemakaian jilbab bagi pramugari.
Di Malaysia, tuntutan serupa sudah lebih dahulu disuarakan delapan tahun lalu. Kepada Malaysia Airline didesak untuk menguzinkan pramugarinya menggubakan jilbab.
Pada tahun-tahun itu publik Malaysia dan Indonesia juga dihebohkan dengan sosok pramugari cantik asal Malaysia yang menggunakan jilbab.

Dia adalah Radiah Sarip. Lulusan dari Universitas Malaysia Pahang dan kini bekerja sebagai pramugari di Saudi Arabian Airlines.

Radiah sendiri menjadi perbicangan usai foto dirinya mengenakan busana sopan yang melambangkan seorang muslimah meski bekerja sebagai pramugari.

Sebagai negeri yang berketuhanan yang maha esa sepantasnya semua pihak menaruh penghormatan kepada setiap pemeluk agama untuk menunaikan kepercayaan dan keyakinannya, termasuk soal tatalaksana berpakaian bagi muslim dan muslimah.
Standarisasi yang mengabaikan rasa hormat kepada kepercayaan dan keyakinan harus ditolak apalagi yang tidak didukung oleh pertimbangan sains yang kuat, dipercaya dan diakui.
Jika alasan menolak jilbab karena alasan keamanan dan kenyamanan dalam berkerja tentu tidak cukup kuat karena ada banyak model menutup kepala yang dapat disesuaikan untuk mendukung prinsip keselamatan kerja.
Lagi pula, ada banyak maskapai yang tidak keberatan dengan pramugarinya yang hendak memakai jilbab. Ini bermakna bahwa jilbab bukanlah faktor yang sudah pasti membahayakan keselamatan kerja bagi pramugarinya.