Jika ada yang berkata tidak ada kawan sejati dan juga tidak ada musuh yang abadi maka cukup dengan melihat hubungan politik antara Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad.

Advertisement

Anwar yang saat ini dipercaya sebagai Perdana Menteri Malaysia menyakan bahwa dirinya tidak ingin terus berada dalam lingkaran bermusuhan dengan sosok yang akrab disapa Mr M.

“Rakyat sudah memilih dan kita diberi mandat untuk menjalankan kerja, saya tumpukan ke arah itu…tapi saya juga tidak mahu ini dianggap permusuhan (dengan Tun Dr Mahathir) berterusan…tidak perlulah,” katanya ketika berdialoh dengan televisi Indonesia, yang disiarkan di saluran CNBC Indonesia TV, semalam.

Meski begitu, semua orang tahu betapa rumitnya hubungan politik diantara kedunya.

Anwar dan Mr M pernah menjadi kawan yang nyaris sejati pada masanya. Pada saat Mr M menjadi Perdana Menteri Malaysia, Anwar yang menjadi aktivis diajak bergabung dengan Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), di bawah pimpinan Mahathir.

Sejak itu, karir Anwar melesat. Dari 1983 hingga 1991, Anwar tercatat pernah menjadi menteri di berbagai bidang, mulai dari Menteri Pertanian, Menteri Pendidikan, hingga Menteri Keuangan (Menkeu).

Saat menjadi Menkeu, karier politik dia semakin melesat. Kemudian pada 1993, Mahathir mengangkat Anwar menjadi wakil perdana menteri.

Mahathir menaruh kepercayaan yang besar terhadap wakil PM-nya itu. Ketika Anwar sukses krisis moneter yang melanda dunia tahun 1994, keinginan Mahathir untuk menyerahkan takhta kepada Anwar semakin tampak. Mahathir pun rehat selama dua bulan dan menunjuk Anwar sebagai perdana menteri interim.

Namun, di waktu yang singkat itu, sepak terjang yang berani dari Anwar dengan merombak pemerintahan dan membongkar semua kebusukan UMNO termasuk korupsi dan nepotisme di tubuh partai berakibat buruk bagi karir politiknya.

Sejak itulah Anwar dan Mahathir bermusuhan yang berakhir masuk penjara. Namun, dikemudian waktu, Mahathir dan Anwar justru menjalin sekutu politik yang menghasilkan perjanjian politik.

Mahathir bakal menjadi PM terlebih dahulu. Setelah dua tahun, Mahathir menyerahkan jabatannya kepada Anwar.

Namun Mahathir tak kunjung menyerahkan kursinya kepada Anwar, sehingga menimbulkan gonjang-ganjing politik. Mahathir akhirnya mundur pada 2020, dan Anwar tak bisa apa-apa.

Tak menyerah Anwar kembali mengikuti Pemilu kali ini. Meski sempat terjerumus dalam drama, Anwar akhirnya dilantik menjadi PM Malaysia.

Mahathir pun memberi ucapan selamat untuk Anwar.

“Saya mengucapkan selamat kepada Anwar Ibrahim usai ditunjuk menjadi perdana menteri Malaysia ke-10. Selamat maju jaya,” kata Mahathir di Twitter.

Previous articleDari Zikir Tulak Covid-19 ke Zikir Tulak Maksiat Kerja Pembangunan
Next articleCak Nun, Fir’un, Qarun, Haman dan Bal’am

Leave a Reply