Aceh Jaya, RUBRIKA – Berdasarkan data StudiStatus Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting dan wastingpada balita di Provinsi Aceh berada di atas angka rata-rata nasional (masing-masing sebesar 33,4% dan 10.7%). Selain itu, terdapat permasalahan gizi pada kelompok ibuhamil, di mana 11,3% ibu hamil menderita KekuranganEnergi Kronis (KEK). Pemberian ASI Eksklusif juga masihrendah karena kurangnya pengetahuan pengasuh, ditambah lagi maraknya pelanggaran terhadap Kode EtikPemasaran produk pengganti ASI.
Berangkat dari hal tersebut di atas, UNICEF sejak tahun2019 bekerjasama dengan Kabupaten Aceh Jaya mendukung penanggulangan malnutrisi ibu dan anaksecara terintegrasi dengan bersama-sama membangunkapasitas pemerintah dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi(PGBT), Program Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS), program imunisasi rutin lengkap serta SanitasiTotal Berbasis Masyarakat (STBM). Keseluruhanintervensi ini merupakan bagian dari strategi untukmemutuskan siklus malnutrisi dalam daur kehidupan. Dukungan teknis juga diberikan untuk memperkuatkepemimpinan dan pembuat kebijakan, serta untukmemperkuat manajemen intervensi spesifik gizi (melaluiperencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program gizi spesifik).
Setelah tiga tahun pelaksanaan program malnutrisiterintegrasi yang dimulai pada tahun 2019 silam, UNICEF bersama para mitra pembagunan termasuk pemerintah di tingkat nasional maupun di tingkat provinsi dan kabupatenmelaksanakan Kunjungan Pemantauan Program Terpadudi Kabupaten Aceh Jaya pada hari Selasa, 25 Oktober2022. Tidak kurang 40 peserta dari UNICEF, perwakilanDirektorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, BAPPENAS, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, BAPPEDA Aceh, BAPPEDA Kabupaten Aceh Jaya, Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Dinas Sosial Provinsi Aceh, Dinas Pendidikan Dayah serta mitra pelaksana program Yayasan Rumah Flower Aceh turut hadir dalam kunjunganlapangan yang dibuka langsung oleh Azhari selaku StafAhli Bidang Pembangunan, Ekonomi dan KeuanganSekretariat Daerah Aceh Jaya.
Selain untuk melihat bagaimana program pengentasanmalnutrisi terintegrasi ini dijalankan di Kabupaten Aceh Jaya, kunjungan ini juga bertujuan untuk melakukanidentifikasi praktik baik, peluang, tantangan serta kendalayang mungkin timbul saat pelaksanaan program, sehinggadapat menjadi pembelajaran bersama untuk proses replikasi program di wilayah yang lebih luas di wilayah lain di Indonesia ke depan.
Dalam sambutannya, Jee Hyun Rah selaku Kepala Unit Nutrisi yang juga hadir untuk mewakili Kepala PerwakilanUNICEF di Indonesia mengatakan bahwa UNICEF mengakui peran penting pemerintah daerah dalampencapaian kerja-kerja yang telah dilakukan untuk anak-anak di Aceh.
“Untuk memperluas capaian keberhasilan, UNICEFmerekomendasikan untuk terus memprioritaskan masalahanak dalam proses perencanaan dan penganggaran di tingkat lokal, serta pengembangan kapasitas untukimplementasi dan pemantauan layanan berkualitasmelalui sistem data yang seyogyanya diperkuat.” paparJee.
Dari kunjungan yang dilakukan selama satu hari di Aceh Jaya, para peserta diajak untuk mengunjungi beberapalokasi intervensi program diantaranya adalah Puskesmasdan Desa Panga, Puskesmas Calang dan DesaKetapang. Dari hasil kunjungan terlihat bahwa dukunganUNICEF di Kabupaten Aceh Jaya melalui program Pengentasan Malnutrisi Terintegrasi telah berhasilmeningkatkan kesadaran warga untuk mengunjungiPuskesmas dan mendapatkan pelayanan MTBS, meningkatnya kapasitas tenaga Kesehatan dalam isumalnutrisi, meningkatnya kesadaran warga terkait perilakuhidup bersih dan sehat serta berkontribusi dalammenurunkan tingkat prevalensi stunting dari 44% pada tahun 2019 menjadi 33,7% pada tahun 2021 menurutStudi Status Gizi Indonesia.
Program pengentasan malnutrisi yang juga menyasarprogram imunisasi rutin lengkap bagi anak-anak ini juga disambut positif oleh salah satu kader Posyandu di Kecamatan Panga, Andrianty. “Setelah pelatihan denganUNICEF, saya memberikan penyuluhan terkait imunisasike ibu-ibu di desa terkait pentingnya imunisasi dari lembarbalik yang diberikan UNICEF. Hasilnya, ibu-ibu yang tadinya tidak ingin anaknya dimunisasi, sekarang jadi mauuntuk diimunisasi.” Ujar Andrianty saat ditemui di lapangan.
Dari sisi regulasi dan penguatan kapasitas kelembagaan, UNICEF juga memprakarsai terbentuknya SekretariatBersama Bangkit Generasi Aceh Jaya Cegah Stunting (Sekber Bang Raja) yang bertujuan untukmengintegrasikan 16 Satuan Kerja Pemerintah KabupatenAceh Jaya dalam kerja-kerja pengentasan malnutrisiterintegrasi di tingkat kabupaten. Hal ini disambut baikoleh Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya yang hingga saatini terus berkomitmen dalam menurunkan tingkatprevalensi stunting sebesar 14% di tahun 2024 mendatang.