Banda Aceh, RUBRIKA – Khaira (22) punya semangat hidup yang tinggi. Padahal dirinya adalah penyintas thalasemia.
Bahkan, ibu muda dari Bener Meriah itu seperti bercanda dengan keadaan dirinya. Katanya, mungkin saja penyintas thalasemia bisa kuat menerima dan berdamai dengan keadaan ini.
Khaira bahkan mengaku para penyintas thalasemia kuat menghadapi transfusi darah rutin, berteman dengan jarum suntik dan obat-obatan.
“Tapi kami tidak akan kuat tanpa darah kalian karena darah kalian adalah nyawa bagi kami,”’kata Khaira terus terang.
Khaira pun mengajak kepada semua yang sehat untuk mendonasikan darahnya. “Ayo donor darah yuk. Setetes darah kalian sangat bsrharga bagi penyintas thalasemi,” tambah Khaira.
Untuk memutus mata rantai thalasemia, Khaira mengatakan pentingnya melakukan skrining sebelum menikah. “Ingat, sebelum menikah ya,” pesan Khaira.
Di Aceh, penyintas thalasemia terbilang tinggi. Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki didampingi Sekda Aceh, Taqwallah dan SKPA terkait bahkan ikut menggelar rapat koordinasi dengan seluruh kepala daerah kab-kota di Aceh.
“Pak Gubernur Aceh menaruh kepedulian kepada penyintas thalasemia sehingga mengumpulkan seluruh kepala daerah di kabupaten/kota untuk ikut memikirkan penyintas thalasemia di daerah masing-masing,” kata Nurjannah Husien yang ikut menghadiri dan memaparkan persoalan thalasemia di acara rakor kepada daerah, Rabu (10/8).
Nurjannah berharap Gubernur Aceh juga bersedia melakukan penguatan Donor Darah ASN untuk menjadi orangtua asuh bagi penyintas thalasemia dalam bentuk donor darah tetap.
“Dengan donor yang tidak berganti-ganti dapat mengurangi risiko terpaparnya antigen yang banyak,” kata sosok yang akrab disapa Kak Nu.
Dan, untuk memutus mata rantai thalasemia, Pemerintah Aceh, MPU, serta Lembaga Wali Nanggroe, minimal bersedia menghimbau seluruh warga Aceh untuk melakukan skrining sebelum menikah. []