Dalam dialog terbatas dengan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di RSUDZA, baru-baru ini, Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, melontar pertanyaan “Apa tujuan Nabi Muhammad SAW diutus?”

Advertisement

Pertanyaan ini sudah barang tentu mudah ditemukan jawabannya. Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Dan inilah alasan mengapa kehadiran Nabi Muhammad SAW menjadi rahmat bagi semesta alam.

Saya yang hadir, ikut merenung. Pikiran saya terlempar ke masa silam ketika hadir pertanyaan dalam hati: mengapa Nabi Muhammad SAW diutus bukan untuk menyempurnakan pemikiran saja?

Saat itu, Mekkah berada di antara Syam dan Persia yang sudah pasti saling bertanding dalam hal kemajuan negeri masing-masing. Jika sekiranya Nabi diutus untuk misi pengetahuan, sudah pasti Mekkah atau Madinah akan melampaui kemajuan Syam atau Persia.

Tapi, Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Kenapa? Tentu ada renungannya.

Pertama, manusia sebagai makhluk berpikir secara otomatis akan terus berpikir. Apapun lingkungan dan peristiwa yang menyertai, pasti akan melahirkan pemikiran-pemikiran.

Kedua, pemikiran sifatnya tidak mungkin tunggal, melainkan beragam. Dengan demikian cenderung mengalami benturan, apalagi jika pemikiran itu disertai dengan kepentingan.

Ketiga, dengan begitu semaju dan sehebat apapun pemikiran yang dihasilkan tidak menjadi penjamin manusia akan meraih perdamaian, walau satu negara dapat saja meraih kemajuan karena alasan pemikiran, dan negara lain masih terbelakang karena mengabaikan pemikiran.

Keempat, manusia bukan sekedar makhluk berpikir, tapi dipenuhi dengan ragam kehendak, dihiasi dengan beraneka nafsu, termasuk nafsu hewani. Jika nafsu binatang ini mendominasi, sangat mungkin kebuasaan manusia melebihi kebuasan binatang.

Jadi, tidak heran jika makin pintar, makin pintar pula manusia menindas, makin pintar pula menjilat, makin pintar pula menipu, makin pinter pula menebar kebohongan, makin pintar pula membangun perlawanan, dan lain sebagainya.

Berbeda dengan pemikiran, akhlak mulia diterima oleh semua kalangan, baik itu oleh kalangan pintar maupun kalangan bodoh. Diterima juga oleh mereka yang sudah berkemajuan/berperadaban atau mereka yang masih jahiliyah.

Karena itu, ketika Heraklius berdialog dengan Abu Sofyan, pertanyaan yang dilontarkan oleh Kaisar Romawi Timur itu juga terkait akhlak. Seperti, pernahkah dia (Nabi) berbohong dan pernahkah dia (Nabi) berkhianat?

Pertanyaan terkait akhlak juga dilontarkan terkait seruan Nabi Muhammad, dan Abu Sofyan memberi keterangan bahwa Muhammad, diantaranya menyeru untuk berkata jujur, menjaga kehormatan dan menyambung silahturahmi.

Tidak ada keterangan yang menyebutkan Nabi Muhammad SAW menawarkan satu paradigma pengetahuan atau ilmu baru yang melampaui ilmu dan pengetahuan yang sudah pernah dihasilkan oleh peradaban Syam dan Persia kala itu, atau suatu pemikiran yang menembus masa depan.

Di atas akhlak itu lah ragam pemikiran Islam dihadirkan seiring dengan perkembangan dunia Islam berikutnya, maka lahirlah ilmuan dan pemikir Muslim dari waktu ke waktu.

Bisa dibayangkan jika tidak ada akhlak mulia, sementara manusia dengan segenap kehendaknya, dapat berada dalam situasi damai, atau sebaliknya dalam siatuasi perang, apakah itu karena alasan masuk akal, ataupun bisa saja karena faktor ketersinggungan belaka.

Dalam sitauasi damai (tanpa perang) saja manusia dapat menjadi makhluk yang menindas orang kecil, menjadi penjilat kekuasaan, menjadi penebar fitnah untuk mematikan gerak orang lain, saling menjatuhkan, dan lainnya, apalagi dalam masa perang.

Sebaliknya, jika memiliki akhlak mulia, mau dalam keadaan perangpun, manusia berakhlak mulia akan menghindari perilaku tidak terpuji, sebuah perilaku yang apabila mengenai diri kita sendiri, sangat tidak mengenakkan. Dengan renungan inilah saya tersadar pertanyaan sederhana dan mudah ditemukan jawabannya oleh Gubernur Aceh, ternyata sangat penting, bukan hanya untuk direnungkan tapi juga diterapkan. []

Previous articlePemerintah Aceh Lantik 367 Pejabat Fungsional yang Diangkat Melalui Mekanisme Penyetaraan
Next articleKhanduri Lampineung Mufakat, Seribu Warga Hadir

Leave a Reply