Banda Aceh, RUBRIKA — Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh mencatat realisasi investasi sepanjang kuartal III-2020 mencapai Rp2.106,1 miliar, atau naik sebanyak 22,84 persen secara Quarter over Quarter (QoQ). Sementara, jika dibandingkan secara Year on Year (yoy) investasi kuartal III naik sebanyak 320,44 persen.
Menariknya, sejak tahun 2015, investasi di Aceh terlihat tumbuh tinggi pada kwartal I tahun 2020. Sempat turun di masa awal pandemi dan kini kembali memperlihatkan gairahnya di kwartal III tahun 2020.
Kabid Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Jonni mengatakan, capaian positif ini diakibatkan sektor investasi di Aceh telah mulai melewati masa kritisnya, yakni pada kuartal II lalu. Tercatat saat itu realisasi investasi masih lebih kecil yaitu 1.714,5 miliar.
“Total realisasi kita dari Januari – September 2020 7.060,1 miliar. Capaiannya sekitar 116,70 persen terhadap target 2020 yaitu 6.050 miliar,” kata Jonni Rabu (18/11).
Ditambahkan, pada triwulan III tahun 2019, total realisasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai hanya 500,9 miliar.
Sedangkan Januari – September Tahun 2019, total realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai 4.608,1 miliar.
“Sementara pada triwulan III tahun 2020 total realisasi dari PMDN dan PMA meningkat menjadi 2.160, 2 miliar. Total realisasi Januari – September 2020 mencapai 7.060,1 miliar,” katanya.
Secara keselurahan (PMDN dan PMA) berdasarkan sektor, realisasi terbesar ada pada sektor listrik, gas dah air sebesar 891,6 miliar dan sektor kontruksi sebesar 866,1 miliar.
Sektor lainnya meliputi perumahan, kawasan industri dan perkantoran (72,9 miliar), sektor industri mineral non logam (63,6 miliar), industri kimia dan farmasi (52,1 miliar) dan lainnya (160,0 miliar).
“Ada 15 bidang usaha di PMDN sebanyak 655 proyek. Dan 8 bidang usaha di PMA sebanyak 32 proyek,” tambah Jonni.
Jika dilihat dari lokasi, dua lokasi terbesar PMDN ada di Aceh Besar (798,8 miliar) dan Aceh Tengah (735,0 miliar). Lainnya tersebar di Pidie (127,6 miliar), Banda Aceh (85,2 miliar), Aceh Utara (79,9 miliar) dan lainnya (144,7 miliar).
“Untuk lokasi PMA terbesar ada di Nagan Raya (9.190.856 dollar). Lainnya ada di Lhokseumawe (142.361 dollar), Gayo Lues (69.583 dollar), Simeulue (11.295 dollar) dan lainnya (20.778 dollar),” sebut Jonni.
Di lihat dari negara yang berinvestasi di Aceh ada 5 negara yang terbesar dari 11 negara, yaitu dari Hongkong (US$ 9.113.408) dengan 6 proyek miliputi listrik, gas dan air. Ada Singapura (US$ 178.339) dengan 7 proyek, 4 pertambangan, lainnya listrik, gas dan air, perdagangan dan reparasi dan industri makanan.
“Ada juga Korea Selatan (US$ 144.136) dengan 3 proyek. Ada Malaysia (US$ 9.636) dengan 7 proyek dan Tiongkok (US$ 2.908) dengan 2 proyek,” kata Jonni.
Dilihat dari serapan tenaga kerja Indonesia maka dari total 687 proyek terserap 1750 tenaga kerja Indonesia, 1.712 orang di PMDN dan 38 orang di PMA.
“Jika kita lihat sejak 2015 maka tren terbaik investasi di Aceh ada di triwulan I 2020 khususnya untuk PMDN, total mencapai 3.239 miliar. Akibat pandemi di triwulan II turun dengan total 1.715 miliar. Kini, trennya kembali naik pada triwulan III total mencapai 2.160 miliar, khususnya untuk PMDN,” tutup Jonni. []