Saya tulis surat terbuka ini karena tidak tahu alamat kalian, tuan dan tuin covid-19. Jangankan alamat kantor pusat, kantor cabang atau rantingpun, tidak berhasil saya dapati.
Saya sudah datangi anggota dewan, yang baru-baru ini mensahkan interpelasi, usai pendemo menyampaikan mosi tidak percaya, tapi mereka juga tidak tahu alamat kalian.
Andai mereka tahu, saya mau menyampaikan petisi tanpa ada mosi tidak percaya, mendesak mereka, dalam 3 x 24 jam untuk bertemu kalian (covid) menyampaikan satu aspirasi ini:
“Kita gencatan senjata 14 hari.”
Kalian sih, keterlaluan! Menggempur tanpa mengumumkan maklumat perang. Curang! Masak kalian jadikan salah satu dari kami sebagai inang/kendaraan untuk menyerang yang lainnya. Nggak jentel!
Tidak beretika! Menyerang lansia, orang sakit, ulama, umara juga cendikia. Parah! Petugas kesehatan juga jadi sasaran. Ini namanya pelanggaran aturan perang, tauk!
Sama anak muda kalian takut! Tuh, banyak yang nantang di warung! Tuh, pada demo rame-rame. Buat petugas dan pendemo tak bisa jaga jarak fisik. Tuh, pada ada yang ajak meeting tatap muka. Berani?! Dasar, kalian prajurit tak punya panglima!
Kami, semua lapisan, sebenarnya, bisa, dan bisa kalahkan kalian. Ingat ya, bisa dan bisa!
Tapi, diantara kami sudah ada yang kehilangan selera, menghadapi kalian, itu karena kalian musuh yang tak kelihatan di pandangan! Akhirnya, kami jadi kelihatan peluang lainnya, dan punya pandangan sendiri-sendiri.
Makanya, sejak awal jadi ajang saling mengintip kesalahan. Presiden nyalihin menteri, menteri nyalahin gubernur, gubernur nyalahin bupati/walikota, walikota nyalahin camat, camat nyalahin kepala desa, kepala desa nyalahin rakyat.
Rakyat nyalahin pilihannya, yang dipilih rakyat saling salah menyalahkan. Media kabari yang mudah viral. Beranda medsos pun dihiasai caci maki. Makin di demo makin kelahi. Saat sedikit korban, dikatain itu karena Tuhan. Saat bertambah korban, pakai nama Tuhan tumpahin kekesalan.
Padahal, kalian tuan tuin covid takut jika kami kompak kan! Dengan kompak rakyat akan menaruh kepercayaan. Dengan kompak kepemimpinan akan efektif. Dengan kompak kapasitas aparatur akan maksimal. Kemitraan pun diwarnai kedinamisan. Bukan sekedar ajang negosiasi anggaran.
Bukan kami tidak paham. Paham, tahu, dan mengerti. Jika ada kepercayaan, dan semua mau pakai masker, misalnya kalian mati langkah kan, perang pun selesai, dan kamilah pemenangnya hehe.
Tuan dan tuin covid. Satu pertanyaan interpelasi dari saya: kalian ini makhluk yang punya hati?!