Takengon, RUBRIKA — Banjir bandang yang melanda sejumlah lokasi di Aceh Tengah Rabu (15/5) dan sebelumnya banjir yang melanda Aceh Besar dan Banda Aceh, terpaan angin puting beliung di Pulo Aceh juga kebakaran di Blangpidie, Abdya dan Bintang, Aceh Tengah seperti melengkapi bencana non alam pandemi covid-19 yang juga melanda Aceh.
Bagi Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah, MT, bencana adalah cara alam menyapa agar manusia bersedia bertafakkur, merenung untuk menggali asa.
Hal itu diutarakannya dalam wujud puisi berjudul “Renunganku” sebagaimana dishare melalui akun twitter @niriansyah jelang sahur, Sabtu (16/5).
Alam menegur semesta menyapa,
Seakan azab di mana-mana,
bagai siksa tiada tara.
Memaksa manusia tafakkur,
meminta kita merenung, menggali asa.
Menariknya, apapun bentuk renungan yang hadir, termasuk sebagai azab dengan siksa tiada tara, Nova cenderung pada tunduk berserah diri kepada pemilik alam semesta raya.
Saatnya kita menengadah muka.
Membuka kedua telapak, lapangkan dada.
Sikap tunduk sebagai wujud bereerah diri kepada Ilahi Rabbi itu membuat seluruh kejadian musibah yang menimpa tidak mengubah pandangan dan pendirian pada sifat penyayangnya Allah SWT. Bagi Nova, Allah tetap zat yang Rahman bagi seru sekalian alam dan yang Rahim pada yang dikasihiNya, walau terkadang sebagai manusia kita alfa bahkan liar dan jalang.
Tuhan tetap zat penyayang,
meski kita tambah liar dan jalang.
Tuhan adalah muara arah kita meminta,
walau kita sombong arogan lagi lantang.
Bagi Nova, sehebat apapun usaha dan upaya manusia, jika Allah bekehendak, tak ada yang dapat menghadangnya. Demikian pula jika Allah menghadirkan Rahman dan Rahimnya, tiada pula yang dapat menghalanginya. Untuk itu, sikap terbaik adalah meletakkan segenap permohonan kepada Dia yang Maha Penolong seraya terus memohon ampunan sebagai kesadaran betapa kita manusia tidak lepas dari khilaf dan salah.
Hanya Dia yg bisa menolong.
Mintalah hanya kepadaNya,
walau harus dengan melolong.
Ampuni kami ya Tuhan,
wahai sang pengasih.
Berikut puisi renungan seutuhnya
Renunganku
Nova Iriansyah
Alam menegur semesta menyapa,
Seakan azab di mana-mana,
bagai siksa tiada tara.
Memaksa manusia tafakkur,
meminta kita merenung, menggali asa.
Saatnya kita menengadah muka.
Membuka kedua telapak, lapangkan dada.
Tuhan tetap zat penyayang,
meski kita tambah liar dan jalang.
Tuhan adalah muara arah kita meminta,
walau kita sombong arogan lagi lantang.
Hanya Dia yg bisa menolong.
Mintalah hanya kepadaNya,
walau harus dengan melolong.
Ampuni kami ya Tuhan,
wahai sang pengasih.
Takengon,
16 Mei 2020