Banda Aceh, RUBRIKA.id – Nama pantai itu adalah Lhok Keutapang. Berada di kawasan Peukan Bada, Aceh Besar, tersembunyi di belakang bukit yang menghadap ke Pulau Bunta dan Pulau Rusa. Pantai itu berpasir putih. Banyak bebatuan besar di sana. Hanya sekian meter daratan landai saja yang dapat dimanfaatkan untuk mendirikan tenda. Sementara sisanya ditumbuhi pepohonan Terminalia Cattapa alias bak Keutapang.
Sabtu (14/3/2020) malam, pantai yang tersembunyi itu terlihat gelap. Deburan ombak menghantam karang langsung menyambut sekelompok orang yang datang. Tidak ada suara jangkrik apalagi satwa liar lainnya khas pesisir. Nun kejauhan, terlihat cahaya hilir mudik di lautan. “Itu kapal nelayan,” ujar Fahmi, salah seorang warga Peukan Bada yang sedang memancing cumi-cumi di pantai Lhok Keutapang.
Lhok Keutapang menjadi tempat favorit bagi para pemancing yang siap menghadapi tantangan. Selain ombak besar dengan lokasi pijakan yang ekstrim dan dipenuhi bebatuan, rute menuju pantai ini juga cukup expert. Dimulai dari pintu masuk tepat di depan Embung Lambadeuk, jalan berbatu terjal langsung menyambut. Butuh kendaraan “bebal” untuk melintasi jalan ini. Selain itu, tak ada areal parkir yang tersedia di sana, kecuali menumpang di kebun-kebun warga.
Para pemancing juga diharuskan menempuh jalan terjal setapak karena tak ada jalur bagi sepeda motor apalagi roda empat menuju lokasi. Rute setapak menuju pantai ini juga tak kalah ekstrem. Berbagai rintangan menghadang seperti semak belukar dan jalan naik turun menyeberangi alur sungai kering.
Meskipun terbilang rumit, tetapi panorama alam menuju pantai Lhok Keutapang terbilang indah. Berbagai pepohonan liar tumbuh berdampingan dengan kebun warga. Jika sedang beruntung, kita akan menjumpai bermacam satwa liar di rute menuju ke lokasi itu. Semisal lutung atau tupai berbulu emas di punggung dan juga bermacam burung rimba.
Namun jika sedang sial, maka kawanan babi liar akan menyapa di perjalanan. Begitu pula dengan biawak besar yang tak jarang melintas begitu saja.
Memancing di Lhok Keutapang juga butuh kesabaran ekstra dan kewaspadaan tinggi. Ombak yang susah diprediksi seringkali datang menyapu pijakan para pemancing di bebatuan nan licin. “Beberapa waktu lalu, seorang pemancing pernah hilang karena disapu gelombang. Jasadnya ditemukan di kawasan Pulo Aceh,” ungkap Fahmi.
Jika alam sedang bersahabat, maka para pemancing juga dapat membayar lelah mereka dengan menikmati ratusan meter hamparan pasir putih di pantai itu. “Pantainya bersih, tetapi tidak disarankan untuk berenang di situ karena harus paham benar kapan pasang surut air laut,” pungkas Fahmi.[]