Usai memberi pembekalan, Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, dr Taqwallah, M. Kes menyempatkan diri mengunjungi berbagai sarana masyarakat (sarmas) seperti rumah sakit, pukesmas, polindes, pustu, sekolah, dan juga kantor kecamatan.
Kadangkala, Sekda Aceh bisa lebih dahulu meninjau sarmas sebelum menyampaikan materi pembekalan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN), sosok yang disebutnya insan pilihan karena kerjanya melayani masyarakat.
Setiap kali melakukan tinjauan atau sidak, Sekda Aceh yang baru dilantik 1 Agustus 2019 itu terekam memegang tisu berwarna putih. Dengan tisu itulah Taqwallah melakukan deteksi salah satu aspek dari BEREH, yaitu bersih.
Warna tisu usai disapu ke jendela, meja, kursi, lemari, papan tulis bahkan alat medis, akan langsung menunjukkan level kebersihan sarmas yang ada.
Jika tisu berwarna hitam, apalagi sampai pekat maka biasanya menggambarkan pula rendahnya level kerapian, estetika dan tingkat keasrian lingkungan (hijau) sarmas yang ada.
BEREH adalah gerakan aksi bersih, rapi, estetis dan hijau yang digerakkan Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah, MT dan dijalankan oleh Sekda Aceh, langsung usai ditetapkan sebagai Sekda Aceh difinitif.
Setelah menerapkan di lingkungan SKPA aksi BEREH diperluas hingga menyentuh ASN di kabupaten-kota, khususnya kepada mereka yang bertugas paling dekat dengan masyarakat, seperti instansi kesehatan, sekolah, dan kantor kecamatan.
Plt Gubernur Aceh menginginkan adanya perbaikan kinerja ASN dalam melakukan pelayanan publik khususnya untuk memastikan hadirnya perencanaan yang cepat sekaligus tepat.
Plt Gubernur Aceh juga berharap Aceh Bebas Stunting 2022 bisa tercapai. Melalui aparat kecamatan dan desa, Plt Gubernur Aceh juga berharap desa-desa dengan anggarannya dapat berkontribusi bagi penurunan angka kemiskinan.
Sementara dari sekolah-sekolah dapat lahir generasi cerdas dan berakhlak sehingga Aceh Hebat dapat lebih maksimal dicapai dimasa hadapan.
Dengan modalitas dukungan Plt Gubernur Aceh itu, Sekda Aceh langsung melakukan langkah memperbaiki pondasi utama pembangunan di Aceh, yaitu ASN. Sebagai provinsi yang masih bergantung kepada APBA, kunci sukses utama ada di kinerja ASN.
Maka, melalui pembekalan yang dilakukan di lingkungan SKPA terhadap 1.413 ASN, pembekalan terhadap 2.777 ASN diantaranya guru dan petugas kesehatan, pembekalan 435 camat dan Sekda kabupaten-kota dan terkini pembekalan untuk 15 ribu lebih ASN di 23 kabupaten-kota, Sekda Aceh membuka “jendela pikiran” ASN melalui aksi BEREH.
Melalui gerakan aksi BEREH, Sekda Aceh seperti mengingatkan bahwa ASN adalah dapurnya pembangunan Aceh melalui dukungan APBA, APBK dan APBG. Jika ASN sebagai juru masaknya tidak BEREH maka sajian kue pembangunan juga tidak BEREH, yang akhirnya tidak bisa dinikmati oleh rakyat, apalagi sampai membuat daerah maju dan rakyat bahagia.
“Apa yang terjadi hari ini, termasuk stunting adalah akibat dari proses kerja pembangunan itu sendiri. Karena itu, kita benahi pondasinya (ASN) agar seluruh kerja pelayanan publik berjalan sesuai tahapan dan aturan agar ragam inovasi yang hadir mengikut perkembangan zaman dapat lebih berdaya guna,” kata Sekda Aceh. [adv]