“Terus terang, saya sangat terharu dan meneteskan air mata melihat anak ini. Namanya Akmalul Hakim. Usianya baru sekitar 21 atau 22 tahun, anak petani, bahkan buruh tani miskin di desa Rukon Damee, Babahrot. Dia hafal Qur’an 30 juz, punya suara merdu, dan imam lintas negara.”

Advertisement

Begitu kesaksian Akmal Ibrahim, Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) yang ditulis di dinding facebooknya. Berikut kesaksian lengkap Akmal Ibrahim.

Video pertama itu saat beliau menjadi imam di Malaysia. Video kedua saat memimpin doa di sebuah masjid, Pulau Jawa. (Dua video bisa dilihat di dinding facebook Akmal Ibrahim.)

Foto ketiga itu adalah ayah ibu dan adiknya, dan foto ke empat adalah rumahnya yg lebih tepat disebut gubuk, tempat anak ini dibesarkan dengan penuh sabar.

Saya kenal ayahnya. Namanha Mukhlis, dan matanya cacat sebelah. Dia Bekerja apa saja, tak pernah mengeluh, tak pernah juga mengaku miskin, apalagi mengambil surat miskin. Ibunya membantu kerja suami di sawah atau kebun, bahkan sempat menyambil membuat sapu lidi di rumah.

Ayahnya sahabat saya yang akrab. Kami Sering ngobrol, malah Mukhlis sempat jadi buruh bongkar muat sawit di kebun saya. Dia juga pekerja tangguh yg rajin, dan tak punya masalah.

Saking tegarnya sang ayah, dia tak pernah bercerita anaknya sudah mendunia. Dia hanya bilang bahwa anaknya yg tertua dimasukkan ke pesantren. Setiap hasil kerjanya yg sedikit, selalu disisihkan untuk pendidikan anaknya.

Alhamdulillah ya Allah, Yg Maha membolak-balikkan hati, yg mentegarkan dan menginstiqamahkan hati keluarga pak Muklis, istri dan anak2nya untuk mendidik anak Abdya ini.

Terimakasih Pak Mukhlis yang telah mengajarkan kami makna ketegaran dan kesabaran meski dalam kemiskinan. Terimakasih juga untuk sikap yg tak pernah berkeluh kesah dalam segala cuaca. []

Previous articleBisakah ASN Aceh Menghadirkan Birokrasi 3.0?
Next articleSerius Layani Masyarakat di Bidang Hukum, Pemerintah Aceh Dapat Penghargaan

Leave a Reply