Menarik menelisik hubungan dua tokoh besar dalam gerakan kemerdekaan di Indonesia ini. Hasan Tiro, sebagai Presiden Aceh Merdeka kala itu dan Jacob Hendrik Prai, Petinggi Organisasi Papua Merdeka.
Hubungan Diplomasi GAM dengan OPM awalnya diprakarsai oleh dr. Husaini Hasan dan Shaiman Abdullah. Shaiman, tokoh muda yang bergabung dengan AM tahun 1976 adalah sosok yang membawa alm. Wali Negara keluar dari Aceh menggunakan boat (Tentang ini lihat “The Price of Freedom” Bagian terakhir).
Shaiman dan Husaini adalah dua sosok pertama yang menjadi pelarian politik di Stockholm, Swedia. Melalui Husaini, Wali menetap dan mengurus segala keperluan administrasi Warga Negara Swedia.
Tahun 1983, komunikasi pertama dengan Jacob Prai dan Otto Ondowame selaku Menteri Pertahanan OPM dirajut. Jika dengan RMS dan Fretelin alm. Wali yang langsung membangun hubungan, maka dengan OPM komunikasi itu dibuka oleh Husaini Hasan.

Seminggu sesudah Wali tinggal bersama Husaini di Uppsala, Swedia. Mereka mengunjungi Malmö tempat dimana Shaiman menetap, disamping itu Jacob Prai juga tinggal di wilayah ini. Mereka mengundang Prai untuk dipertemukan dengan Wali (lihat Surat Wali Kepada Husaini).
Diplomasi dua gerakan pembebasan ini terus dibangun. GAM dan OPM sering terlibat dalam rapat dan pertemuan resmi Organisasi Kemerdekaan yang ada di Indonesia. Hasilnya, 21 September 1986 antara Gerakan Aceh Merdeka (Hasan Tiro) dan Organisasi Papua Merdeka (Jacob Prai) menandatangani Pernyataan bersama (Joint Statement).

Salah satu pointnya, dua organisasi ini berkomitmen untuk berjuang sampai menang sebagaimana tujuan yang diinginkan, dan mereka juga berkomitmen untuk tidak berdamai dengan Indonesia sebelum Aceh dan Papua mencapai Kemerdekaan penuh.

Tapi sayang, dalam perjalanan kedua organisasi ini. Khususnya pada tanggal 15 Agustus 2005, GAM menempuh jalur damai melalui MoU Helsinki dengan Indonesia di Finlandia. Secara tidak langsung, GAM telah mengingkari komitmen bersama yang dulu pernah dibangun dengan Papua Merdeka.
Ya, sejarah telah membuktikan kesimpulannya bahwa Perlawanan Aceh sudah terbiasa berkhianat dan dikhianati. Karena memang, Aceh adalah Bangsa “Teuleubéh ateuh Rhuëng Dônya”. I Love You Full, Papua.[]
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh