Banyak yang marah. Tgk Munirwan, Geuchik yang disebut sebagai inovator bibit padi unggul IF8 dan berhasil menghantar Gampong Meunasah Manyang, Nisam, Aceh Utara, meraih penghargaan, bahkan provinsi hingga nasional, tahun 2018, ditahan polisi. Hari ini, Jumat (26/7) permohonan penangguhan penahanan diberikan kepada Direktur Utama PT Bumides Nisami Indonesia. Akankah kemarahan sirna?!
Sebelumnya, publik makin emosi begitu tersebar informasi bahwa ditahannya putra kelahiran Pasee yang juga alumni IAI Al-Aziziyah Samalanga itu karena laporan pihak Distanbun, yang ikut diketahui plus disebut direstui Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.
Bahkan, ketika Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Abdul Hanan membantah bahwa dirinya dan pihak pemerintah Aceh tidak pernah membuat laporan pengaduan kepada polisi untuk menangkap Tgk Munirwan, Kamis (25/7) di Mapolda Aceh, surat Distanbun bertanggal 28 Juni 2019 disebar di media sosial.
Sebelumnya, pihak tim pengacara dari Kualisi NGO HAM, Tgk Munirwan ditahan Polda Aceh setelah ada laporan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh terkait penjualan bibit padi unggul IF8 hasil pengembangan kelompok tani desa.
“Berdasarkan dokumen yang kami dapatkan, penangkapan Munirwan itu atas laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh. Ada surat masuk ke Polda dari Dinas Pertanian dan Perkebunan terkait penyaluran benih tanpa lebel,” ujar Zulfikar, sebagaimana diwartakan media, Selasa (23/7).
“Padahal benih unggul itu hasil inovasi kelompok tani, dalam surat juga tertera tembusannya kepada menteri Pertanian Republik Indonesia, gubernur Aceh, dan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Aceh Utara,” sebutnya.
Akibatnya, berhamburanlah kekecewaan publik, yang diekpresikan dengan ragam ungkapan bernarasi kekecewaan, bahkan tuntutan untuk mencopot Abdul Hanan sebagai Kepala Dinas Pertanian dan Pekebunan Aceh.
Di mata Publik, Tgk Munirwan adalah petani inovatif, ada juga menyebut penemu atau pengembang, sekaligus Geuchik yang berhasil membawa gampongya, meraih prestasi provinsi, juga nasional, tahun 2018.
Wajar publik kecewa dan marah, bagaimana mungkin sosok alumni dayah yang menjadi inovator benih padi IF8 lagi berprestasi dijadikan tersangka karena menjual benih bibit IF8, yang diadukan pula oleh pihak pemerintah, yang sebelumnya malah bibit itu diserahkan oleh Gubernur Aceh.
Darwati A Gani, istri Irwandi Yusuf, Gubernur Aceh yang disebut sebagai pemberi awal benih IF8 pertama kalinya (2017), langsung mengungkapkan kritik satir terhadap pihak yang disebutnya melaporkan Tgk Munirwan kepada polisi. Meski begitu, caleg DPRA terpilih yang menyebut bibit EI8 dihasilkan BUMG Meunasah Rayeuk, juga mendorong adanya fasilitasi agar bibit bisa berlebel untuk dipasarkan, seraya memastikan dirinya juga bersedia menjadi penjamin bagi penangguhan penahanan Tgk Munirwan.
IF8, “Benih” Perlawanan
Dari hasil penelusuran RUBRIKA, padi varietas IF8 (Indonesian Farmer 8) merupakan hasil pemuliaan yang dilakukan oleh petani lokal Karanganyar yang bergabung dibawah payung Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI).
Benih yang mulai diperkenalkan sejak tahun 2012 lalu itu masuk ke Aceh tahun 2017 dan diterima oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf bersama jajaran dinas pertanian, saat masih aktif sebagai Gubernur Aceh.
AB2TI dan Benih Bersertifikat
Asosiasi yang didirikan sekaligus dipimpin oleh Prof Dr. Ir Dwi Andreas memang enggan menempuh pengurusan izin edar, dengan alasan tingginya biaya untuk melepas benih ke pasar.
AB2TI sendiri didirikan pada 12 Juli 2012 sebagai kritik tidak langsung atas kebijakan pemerintah yang tidak melindungi petani, dengan dua fokus yaitu mengawal pembahasan UU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani di DPR, judicial review atas Undang-undang nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanam merupakan upaya advokasi yang menjadi target utama.
Kritik keras AB2TI melalui pendirinya Prof Dr. Ir Dwi Andreas setidaknya terlacak secara digital, sejak 2014. Bagi Prof Andreas, UU 12/1992, meskipun sudah dilakukan uji materil ke MK, masih disebut suatu kesalahan besar dalam dunia pertanian. Baginya, pengaturan secara ketat peredaran benih, plasma nutfah dan lainnya telah menghambat pekembangan dunia pertanian Indonesia.
November 2015, AB2TI pernah menyuarakan keraguannya terhadap benih bersertifikat. Berbeda dengan pihak Kementerian Pertanian (Kementan) yang menyatakan benih varietas unggul bersertifikat punya peran strategis dalam peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan, seperti padi, AB2TI justru meragukannya, dan lebih memilih benih unggul secara umum, bukan benih bersertifikat.
Tahun lalu, 2018, AB2TI juga menolak benih padi yang diberikan oleh pemerintah pusat. Anggota AB2TI, Setiarma, mengungkapkan pengadaan benih oleh pemerintah justru merugikan petani, seraya mempromosikan benih AB2TI yang diklaim memiliki kualitas tinggi untuk berbagai varietas unggulan. Penolakan AB2TI sehubungan dengan rencana Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi akan menyebar 3.000 benih padi varietas unggul baru pada 2018.
Menariknya, sambil melancarkan kritik, AB2TI terus gencar membangun promosi asosiasi, termasuk kelebihan benih hasil temuan petani yang tergabung dalam Bank Benih. April lalu, AB2TI bekerja sama dengan Pemerintah Desa Kalensari, Indramayu dan Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB), Bogor. Selain itu mendapat dukungan dari PT Pupuk Indonesia, BRI, BULOG dan Food Station Cipinang, menggelar Festival Padi 2019 di Desa Kalensari, Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Acara Festival Padi 2019 diawali denhan acara “Gerakan Nandur Bareng” pada Desember 2018 berkerjasama dengan BUMDes Desa Kalensari, Indramayu dan menghadirkan para petani skala kecil dari se-antero nusantara. Pendiri sekaligus Ketua AB2TI Prof. Dr. Dwi Andreas Santosa mengatakan, acara ini merupakan bentuk pelaksanaan dari Undang Undang No 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanam.
Dengan pendekatan itu, AB2TI juga terus mengembangkan sayapnya. Untuk diketahui, AB2TI merupakan jaringan petani kecil yang bergerak di konservasi benih lokal, pemuliaan tanaman, penangkaran benih dan pengembangan teknologi yang saat ini ada di 87 Kabupaten dan 15 Propinsi.
Saat ini, AB2TI juga mengklaim memiliki 573 varietas padi lokal, lebih dari 200 varietas lokal berbagai jenis tanaman serta 3.500 galur padi hasil pengembangan petani-petani AB2TI di seluruh Indonesia.
Tahun 2014 lalu, pendiri AB2TI, Dwi Andreas Santosa, oleh masyarakat pernah diusulkan jadi calon menteri Jokowi – Jusuf Kalla. Akhirnya, yang dipilih oleh Jokowi adalah Andi Amran Sulaiman. []